Rabu, 04 Mei 2011

Filsafat dan Segala Hal Yang Terkait



Fenomena, menjadi kata yang sering terdengar saat membahas sebuah ilmu. Kenyataannya bahwa semua ilmu muncul dari sebuah fenomena. Tanpa terkecuali ilmu filsafat. Filsafat lebih mengartikan fenomena sebagai sesuatu yang tetap namun juga berubah. Ketetapan dan perubahan dari filsafat semua tergantung dari dimensinya. Apa yang berubah?apa yang tetap?kapan berubah? kapan tetap?dimana berubah?dimana tetap? Semua nyatanya tergantung pada dimensinya.
Elegi adalah bentuk dari kecintaan,penghormatan,kemampuan orang terhadap filsafat.Elegi dari seseorang dapat menggambarkan bagaimana pemikiran orang tersebut. Didalam elegi terdapat semangat sipembuat elegi juga para komentator. Semangat untuk memahami, untuk mengerti,untuk mendalami dan pada akhirnya semangat untuk lebih baik dan memaknai hidup.
Filsafat memaknai sesuatu dengan melihat banyak aspek. Filsafat memberi gambaran yang unik tentang pemikiran banyak orang selalu berbeda antara satu dengan yag lainnya. Ketika seorang pak marsigit mengatakan bahwa seksi adalah orang yang paling menarik di dunia, maka masih banyak pengertian lain dari seksi yang disampaikan oleh orang lain.seksi dikaitkan dengan kuasa,seorang memandang seksi sesuai dengan ruang lingkupnya, menarik di dunia juga tergantung ruang dan waktu.dimana kita menyatakan seksi dan kapan kita mengatakan seksi.
Filsafat juga terkait dengan incommensurable, bahwa sesuatu itu tidak dapat dibandingkan.Sebagai contoh, mengukur dengan ukuran yang sama,misalnya skala bilangan. Jika segitiga siku-siku dengan skala bilangan yang sama yaitu bilangan bulat maka sisi miringnya itu pasti tidak bilangan bulat.maka pythagoras menemukan konsep pythagoras. Tahun 1960, Feyerabend  mengeluarkan suatu tesis, bahwa dalam suatu entitas teoritis tidak ada problem yang khusus. Dan semua entitas adalah adalah hipotetis. Tahun 1962, ia mengenalkan konsep incommensurability. Konsep ini sebenarnya didasarkan kepada ‘teori makna’ yang dimunculkan oleh Wittgenstein. Incommensurability itu dimaksudkan bahwa antara bahasa yang satu dengan yang lain tidak bisa diperbandingkan. Bahasa tidak ubahnya seperti sebuah permainan. Sebuah permainan mempunyai aturannya sendiri. Aturan dalam permainan catur tidak bisa diterapkan ke dalam permainan sepak bola. Bahasa yang satu tidak bisa diperbandingkan dengan bahasa yang lain. Oleh karena itu kita tidak tidak dapat membandingkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, Jawa dengan Sunda, Jawa dengan Madura. Masing-masing mempunyai logikanya sendiri. Makna bahasa tergantung akan penggunaannya. Pemikiran Feyerabend lebih menitikberatkan kepada wilayah sejarah ilmu dan epistemologis. Karena wacana yang berkembang waktu itu adalah positivisme logis (neo-positivisme), maka ia lebih banyak bicara dalam dua ranah tersebut. Positivisme logis itu sendiri dipengaruhi oleh Auguste Comte. Pandangan ini mengimani ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti/matematis. Pandangan ini juga melatarbelakangi timbulnya istilah pengetahuan yang ilmiah dan non ilmiah. Pengetahuan dianggap ilmiah kalau disusun berdasarkan logika formal. Artinya, lebih mengarah kepada forma, ‘bentuk’ proposisi dan argument-argumen logis.
Selain pythagoras yang menemukan dalil pythagoras, hilbertjuga memberi pengaruh terhadap dunia matematika. Hilbert berhasil membangun konsep matematika formal,sehingga lahirlah struktur-struktur matematika.Teori invarian Hilbert Karya pertama Hilbert adalah teori invarian pada tahun 1888, dimana dia dapat membuktikan theorema basis yang tersohor. Sistimatika invarian Hilbert secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut. Misalkan bentuk x dengan pangkat n, untuk menemukan bilangan terkecil dari invarian dan covarian rasional integral dapat dinyatakan sebagai bentuk rasional integral dengan koefisien-koefisien numerikal dari himpunan lengkap. Hilbert merumuskan dua puluh satu aksioma dan melakukan analisis terhadap masing-masing signifikansinya. Karya dalam geometri dituang dalam buku berjudul Grundlagen der geometrie pada tahun 1899, dimana geometri ditempatkan dalam tatanan aksioma yang formal. Disebutkan bahwa suatu problem matematika mampu merangsang otak-otak kreatif untuk berusaha menemukan solusi, namun apa yang diperoleh terkadang jauh dari harapan. Bukan berarti hasil sampingan (by-product) ini tidak berguna, justru hal ini akan memperkaya khasanah matematika
Implementasi filsafat murni kedalam pendidikan matematika dapat dilihat dari 3 pilar filsafat yang juga terkandung didalam pendidikan matematika.3 pilar utama filsafat adalah epistemologi,ontologi dan aksiologi. Epistimologi berbicara tentang watak/sifat-sifat/nature,asal-usul/sumber,kesahihan(validitas) ,dan cara memperoleh ilmu pengetahuan serta batas-batas ilmu penegtahuan.epistemilogi disebut sebagai filsafat ilmu penegtahuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, karen filsafat sains mendasarkan diri pada epistemologi. Keabsahan ilmu pengetahuan, berdasarkan paradigma ilmu pengetahuan Barat, hanyalah mengandung 3 konsep teori kebenaran, yaitu: korespondesi, keherensi dan pragmatisme. Korespondensi mensyaratkan kesesuaian di antara ide dengan kenyataan (fakta) di alam semesta, kebenarannya bersifat empiris-induktif; koherensi mensyaratkan kesesuaian di antara berbagai penyataan logis, kebenarannya bersifat rasional formal-deduktif, sedangkan pragmatisme mensyaratkan adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenarannya bersifat fungsional.
Korespondensi menghasilkan ilmu-ilmu empiris seperti: fisika, kimia, biologi & sosiologi; koherensi menghasilkan ilmu-ilmu abstrak seperti matematika dan logika; sedang pragmatisme menghasilkan ilmu-ilmu terapan seperti kedokteran.
Jadi epistemology sangatlah penting karena menjadi dasar bagi filsafat ilmu pengetahuan, khususnya dalam membedakan mana ilmu pengetahuan yang ilmiah (scientific-empiris) dan mana yang ‘tak ilmiah’ (pengetahuan sehari-hari).
Melihat kualitas dari sesuatu ataupun seseorang tidak hanya dipandang dari luar saja,tetapi ada banyak aspek yang dipandang. Memandang dari luar,masuk kedalam, fungsi atau akibat yang muncul adalah kualitas. Misalnya kualitas seorang tampak dari apa yang terlihat dari luar yaitu dandanan,baju, dll. Sedangkan kualitas seseorang lebih dalam misalnya perasaan,pemikiran,cita-cita,dll.
Jika menelaah elegi tema hantu di RSBI pada level apa kita mau memikirkannya? jika kita tingkatkan ranah spiritual maka apa yang kita pikirkan akan terjadi. Tema hantu di RSBI ini dapat kita maknai dari banyak sisi. Bahwa Ada banyak sekali cara agar siswa merasa nyaman dikelas. dan salah satunya adalah menyeting ruangan yang sesuai dengan keinginan mereka.Seperti yang dilakukan anak-anak RSBI itu. Dirasa asing tapi membuat mereka nyaman mungkin tidak ada salahnya dilakukan. Namun apapun yang menjadi pilihan mereka pasti dapat menggambarkan bagaimana karakter mereka.Hantu bersifat membayangi,misteri. dan mungkin mereka adalah siswa-siswa yang penuh dengan misteri. kemampuan yang terus meningkat dan berprestasi yang pada akhirnya mereka akan menjadi bayang-bayang untuk setiap siswa dari kelas lain karena kemampuannya. Namun jangan sampai tema yang mereka ambil bentuk dari luapan kengerian mereka terhadap PMB itu sendiri.
Ilmu pengetahuan sering disebut sebagi ilmu. Pengetahuan dari akat” tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat, menyaksikan dan mengalami. Pengetahuan merupakan kumpulan dari banyak hal yang kita ketahui melalui panca indera. Jika kumpulan dari pengetahuan disusun secara sistematis, berdasarkan logika dan menggunakan metode tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga disebut sebagai ilmu. Pengetahuan yang merupakan suatu ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Mempunyai obyek atau lapangan pembahasan yang jelas sehingga dapat dipisahkan dengan obyek ilmu lain. Obyek ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material yaitu obyek yang dilihat dari wujud bendanya. Sedangkan obyek formal adalah obyek yang dilihat dari apa yang dibahas dalam ilmu itu sendiri.
 Obyek ilmu pendidikan
Obyyek material ilmu pendidikan adalah manusia. Sedangkan obyek formalnya (sudut pandnganya) adalah kegiatan menusia dalam membimbing perkembangan kepribadian dan kemampuan manusia lain ke arah tujuan yang diharapkan. Dari sudut pandang ini akan tampak masalah-masalah yang perlu dibahas. Antara lain yaitu: Apa pendidikan itu?; mengapa manusia perlu dididik?; Siapa yang berkewajiban mendidik manusia?; Dimana sebaiknya pendidikan itu dilaksanakan?; Bagaiman cara yang baik untuk mendidik manusia?; Apa tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan?; dan sebagainya.

1 komentar: